Oleh : KH. M. Shiddiq Al-Jawi Tanya : Ustadz, ada seorang wanita yang mengalami keguguran dengan umur janin 10 pekan, atau kira-kira 70 hari. Apakah darah yang keluar saat keguguran itu, tergolong darah nifas atau bagaimana? (Hamba Allah). Jawab : Darah yang keluar setelah seorang wanita mengalami keguguran dengan umur janin 10 pekan (atau sekitar 70 hari) adalah darah nifās, bukan darah istihādhah. Yang demikian itu karena titik waktu darah wanita itu terbukti sebagai darah nifas, adalah ketika terjadi keguguran pada janin yang minimal usianya adalah usia ketika sudah mulai terjadi penciptaan (at-takhalluq) pada janin, yakni ketika mulai tercipta organ-organ pada janin, seperti telinganya, matanya, dsb. Para ulama berbeda pendapat, pada usia berapakah janin itu sudah mulai terdapat penciptaan organ-organnya, seperti telinganya, matanya, dan sebagainya. Pendapat yang rājih (paling kuat) menurut kami, adalah 42 (empat puluh dua) malam (hari), yang merupakan usia janin ketika bermula penciptaan organ-organnya seperti matanya, telinganya, dsb walaupun belum sempurna. Inilah pendapat Syekh Ibnu 'Ābidīn dalam kitabnya Hāsyiyah Ibnu 'Ābidīn (Hāsyiyah Raddul Muhtār, Juz I, hlm. 326). Dalil yang disebutkan oleh Syekh Ibnu 'Ābidīn dalam kitabnya tersebut, adalah hadits dari Ibnu Mas'ud RA, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : إذَا مَرَّ بالنُّطْفَةِ ثِنْتَانِ وَأَرْبَعُونَ لَيْلَةً، بَعَثَ اللَّهُ إلَيْهَا مَلَكًا، فَصَوَّرَهَا وَخَلَقَ سَمْعَهَا وَبَصَرَهَا وَجِلْدَهَا وَلَحْمَهَا وَعِظَامَهَا، ثُمَّ قالَ: يا رَبِّ، أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى؟ فَيَقْضِي رَبُّكَ ما شَاءَ "Setelah nutfah berlalu empat puluh dua malam, Allah mengutus seorang malaikat kepada dia (nutfah, embrio). Lalu malaikat itu membentuk nutfah (embrio) itu, menciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian malaikat itu bertanya, "Ya Tuhanku, apakah ia laki-laki atau perempuan?" Maka Tuhanmu pun menentukan apa yang Dia kehendaki..." (HR. Muslim, no. 2645, dari Ibnu Mas'ud RA). Dengan demikian, berdasarkan hadits shahih tersebut, jelaslah jika seorang wanita mengalami keguguran, maka kategori darahnya apakah itu darah nifas atau darah istihadhah, patokannya adalah sebagai berikut : Pertama, jika saat keguguran usia janinnya sudah mencapai 42 (empat puluh dua) hari atau lebih, maka darah yang keluar adalah darah nifas. Maka berlakulah bagi wanita itu semua ketentuan hukum syara’ untuk wanita yang sedang nifas, misalnya dia tidak boleh sholat, tidak boleh thawaf mengelilingi Ka’bah, tidak boleh membaca Al-Qur`ān, tidak boleh digauli suaminya, dan seterusnya. Kedua, jika saat keguguran usia janinnya kurang dari 42 (empat puluh dua) hari, maka darah yang keluar adalah darah istihadhah, bukan darah nifas. Maka berlakulah bagi wanita itu semua ketentuan hukum syara’ untuk wanita yang istihadhah, misalnya dia masih diwajibkan sholat, masih diwajibkan thaharah sebelum sholat, yakni berwudhu untuk setiap kali akan sholat wajib, masih boleh digauli suaminya, masih boleh thawaf mengelilingi Ka’bah, masih boleh membaca Al-Qur`ān, dan seterusnya. Demikian pendapat yang rājih (paling kuat) menurut kami. Kami katakan ini pendapat yang rājih (paling kuat), maksudnya adalah di kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat (khilāfiyyah) dalam masalah ini, bahkan sampai ada 5 (lima) pendapat dalam masalah ini (*). Namun kami tidak membentangkan masalah ini secara panjang lebar dan hanya mencukupkan dengan penjelasan secara ringkas saja. Wallāhu a’lam. Yogyakarta, 7 September 2025 Muhammad Shiddiq Al-Jawi = = = (*) bagi yang ingin mendalami masalah ini, silakan dikaji 5 (lima) pendapat dalam masalah ini, misalnya dalam artikel berjudul السقط متى يثبت له حكم النفاس؟ di link sbb : https://www.alukah.net/sharia/0/166673/
Bagi para pembaca yang ingin menanyakan masalah Agama kepada KH. M. Shiddiq Al Jawi, silakan isi form pertanyaan di bawah ini. KH. M. Shiddiq Al Jawi insya Allah akan berusaha menjawab pertanyaan dari para pembaca melalui email.