WAJIB MENOLONG MUSLIM YANG DIZALIMI DAN HARAM MEMBIARKANNYA


 

Oleh : KH. M. Shiddiq Al-Jawi

 

Tanya :

Ustadz, mohon dijelaskan ketentuan syariah Islam mengenai kewajiban menolong sesama muslim yang dizalimi, seperti kaum muslimin yang sengaja dibuat kelaparan di Gaza saat ini. (Hamba Allah, Bogor).

 

Jawab :

Umat Islam sudah seharusnya mengetahui bahwa dalam Islam wajib hukumnya menolong kaum muslimin yang dizalimi (nushratul mazhlūm), seperti saudara-saudara kita di Gaza yang menderita kelaparan akut yang dahsyat akibat blokade yang memutuskan rantai pasokan bahan pangan dari luar ke Gaza.

 

Para ulama telah menjelaskan dalil-dalil wajibnya menolong sesama muslim yang dizalimi itu, di antaranya:

 

Pertama, hadits dari Barra` bin ‘Azib RA sbb :

 

عَنِ الْبَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ أَنَّ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْعٍ وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ: أمَرَنَا بعِيَادَةِ الْمَرِيضِ، واتِّبَاعِ الجِنَازَةِ، وتَشْمِيتِ العَاطِسِ، وإجَابَةِ الدَّاعِي، وإفْشَاءِ السَّلَامِ، ونَصْرِ المَظْلُومِ، وإبْرَارِ المُقْسِمِ. رواه البخاري

 

 

Dari Barra` bin ‘Azib RA bahwa Rasulullah SAW telah memerintahkan kita tujuh perkara dan melarang kita dari tujuh perkara. Yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW adalah : menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah (ke pemakaman), mendoakan orang bersin, memenuhi undangan (walimah), menyebarkan salam, menolong orang yang dizalimi (nashrul mazhlūm), dan memenuhi sumpah.” (HR. Al-Bukhari, no. 5635).

 

Imam Nawawi mensyarah hadits tersebut dengan berkata :

 

أَمَّا نَصْر الْمَظْلُوم فَمِنْ فُرُوض الْكِفَايَة, وَهُوَ مِنْ جُمْلَة الْأَمْر بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْي عَنْ الْمُنْكَر, وَإِنَّمَا يَتَوَجَّه الْأَمْر بِهِ عَلَى مَنْ قَدَرَ عَلَيْهِ وَلَمْ يَخَفْ ضَرَرًا

 

”Adapun menolong orang yang dizalimi, hukumnya fardhu kifayah, dan termasuk ke dalam kategori amar ma’ruf nahi mungkar. Perintah untuk melaksanakan fardhu kifayah ini tertuju kepada orang yang mampu melaksanakannya dan yang tidak merasa khawatir akan mengalami suatu mudharat (bahaya).” (Imam Nawawi, Syarah Shahīh Muslim, 14/32).

 

Kedua, hadits dari Abdullah bin ‘Umar RA sbb :

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. رواه البخاري

 

Dari Abdullah bin ‘Umar RA, Rasulullah SAW bersabda,”Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh membiarkannya (untuk disakiti atau dizalimi). Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Barang siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat. (HR. Al-Bukhari, no. 2262).

 

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani mensyarah hadits di atas dengan berkata :

 

وَلَا يُسْلِمُهُ : أَيْ لَا يَتْرُكُهُ مَعَ مَنْ يُؤْذِيه وَلَا فِيمَا يُؤْذِيه ، بَلْ يَنْصُرُهُ وَيَدْفَعُ عَنْهُ

 

”Sabda Nabi SAW yang berbunyi,”dia tidak boleh membiarkannya” (wa lā yuslimuhu), maksudnya adalah tidak boleh membiarkan sesama muslim itu untuk tetap bersama orang yang menyakitinya, dan membiarkan dia tetap mengalami apa yang menyakitinya, sebaliknya wajib hukumnya menolong dan membela dia.” (Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bārī, 7/346).

 

Berdasarkan dalil-dalil di atas dan yang semisalnya, sangat jelas bahwa wajib hukumnya dalam Islam itu menolong orang yang dizalimi. Sebaliknya, Islam menegaskan haramnya kita berdiam diri dan tidak mau memberi pertolongan kepada muslim yang dizalimi, dengan dalil-dalil antara lain:

 

Pertama, hadits dari Sahal bin Hanif RA sbb :

 

عَنْ سَهْلِ بْنِ حَنِيْفٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أُذِلَّ عِنْدَهُ مُؤْمِنٌ، فَلَمْ يَنْصُرْهُ وَهُوَ قَادِرٌ عَلىَ أنْ يَنْصُرَهُ؛ أَذَلَّهُ اللهُ عَلىَ رُؤُوْسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. رواه أحمد

 

Dari Sahal bin Hanif RA, Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa yang di sisinya ada seorang mukmin yang dihinakan, tetapi dia tidak mau menolongnya padahal dia mampu menolongnya, maka Allah akan menghinakan dia di hadapan seluruh makhluk pada Hari Kiamat kelak.” (HR. Ahmad).

 

Kedua, hadits dari Jabir bin Abdillah RA dan Abu Thalhah bin Sahal Al-Anshari RA sbb :

 

عن جَابِربْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَأَبِيْ طَلْحَةَ بْنِ سَهْلٍ الْأَنْصَارِيِّ يَقُولَانِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلَّا خَذَلَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ وَمَا مِنْ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلَّا نَصَرَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَهُ.رواه أبوداود

 

Dari Jabir bin Abdillah RA dan Abu Thalhah bin Sahal Al-Anshari RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Tidaklah seseorang tidak mau menolong seorang muslim pada suatu tempat yang kehormatannya terampas dan harga dirinya terlecehkan, melainkan Allah tidak akan menolongnya pada suatu tempat yang dia sangat mengharapkan pertolongan-Nya. Dan tidaklah seseorang menolong seorang muslim yang berada pada suatu tempat yang kehormatannya terampas dan harga dirinya terlecehkan di dalamnya, melainkan Allah akan menolongnya pada suatu tempat yang ia sangat mengharapkan pertolongan-Nya." (HR. Abu Dawud, no. 4240).

 

Dalil-dalil di atas dengan jelas telah menunjukkan haramnya dan berdosanya orang yang tidak mau menolong sesama muslim yang dizalimi. Ini ditunjukkan dengan adanya petunjuk (qarīnah) yang tegas (jāzim) bahwa Allah akan menghinakan dia di hadapan seluruh makhluk pada Hari Kiamat kelak. Allah juga tidak akan memberi pertolongan kepada orang itu ketika dia sangat mengharapkan pertolongan Allah. Na’ūzhu billāhi min dzālik.

 

Yogyakarta, 28 Juli 2025

 

Muhammad Shiddiq Al-Jawi


Artikel Lainnya





Bagi para pembaca yang ingin menanyakan masalah Agama kepada KH. M. Shiddiq Al Jawi, silakan isi form pertanyaan di bawah ini. KH. M. Shiddiq Al Jawi insya Allah akan berusaha menjawab pertanyaan dari para pembaca melalui email.